PERALATAN, KLASIFIKASI DAN POLA PEMASANGAN
1. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pemasangan paving block sbb :
- Benang Kasur atau benang plastic
- Sapu Lidi
- Gerobak barang ( untuk mengangkut pasir/paving block)
- Alat potong paving block
- Waterpas atau selang plastic transparan
- Palu Kayu
- Stamper Plate
- Jidar Kayu, panjang 2 – 3 m
- Stamper ( pemadatan tanah, bila diperlukan)
Gmbr 1.0. Peralatan
2. Klasifikasi Paving Block
2.1. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk
Bentuk Paving Block secara garis besar terbagi atas 2 macam, yaitu :
Paving block bentuk segi-empat
Paving block bentuk segi-banyak
Gmbr 2.0. Bentuk Paving Block
2.2. Klasifikasi Berdasarkan Ketebalan
Ketebalan Paving Block terbagi dalam 3 macam :
Paving Block dengan ketebalan 40 mm
Paving Block dengan ketebalan 60 mm
Paving Block dengan ketebalan 80 mm
Paving Block dengan ketebalan 100 mm
Pemilihan bentuk dan ketebalan dalam pemakaian disesuaikan dengan rencana penggunaannya ( Lihat standar pekerasan paving block )
2.3. Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan
Paving Block dengan Mutu K-300
Paving Block dengan Mutu K-400
Paving Block dengan Mutu K-500
2.4. Klasifikasi Berdasarkan Warna
Warna Utama ( Merah Bata, Hitam, Kuning, Hijau & Natural )
Warna Tablo ( Rainbow, Blossom dan Primerose)
3. Pola Pemasangan Paving Block
Pemilihan pola paving block harus disesuaikan dengan kegunaannya. Pola yang umum dipakai adalah sbb :
- Pola Pasangan Bata/Stretcher Bond
Pola Anyam Tikar/Basketweave
Pola Tulang Ikan/Herringbone Bond
Pola lain-lain
Pola Classic ( pola ini adalah pola khusus yang didesainkan untuk dengan memakai paving block type classic)
( Pola untuk entrance salah satu mall )
Pola yang terbaik untuk perkerasan paving block dimana akan dilalui lalu lintas berat dan sedang adalah pola Herringbone Bond ( 45 derajat ).
Sedangkan untuk lalu lintas ringan dapat digunakan pola Stretcher Bond. Pola ini kurang baik untuk lalu lintas berat dan sedang karena adanya kecenderungan untuk terjadinya creeping.
Bila yang diutamakan adalah segi estetikanya, misalkan untuk : taman, plaza dan lain lain, maka pola dan bentuk paving block dapat digunakan type apa saja.
TATA CARA PELAKSANAAN PEMASANGAN PAVING BLOCK
Tata Cara Pemasangan Paving Block terbagi dalam beberapa tahap, sbb :
1. Persiapan lahan tanah dasar
2. Pemasangan Beton Pembatas/Kanstein
3. Penebaran Abu batu
4. Pemasangan Paving Block
5. Pasir Pengisi
1. Persiapan Lahan Tanah Dasar :
- Kondisi tanah keras dan sesuai peruntukkannya ( Lihat standar perkerasan paving block )
- Kondisi permukaan tanah rata dan padat, serta tidak bergelombang ( tidak ada air yang tergenang pada permukaan )
- Bila tanah dasar kurang/tidak padat, harus dilakukan pengurugan tanah serta pemadatan.
- Levelling tanah direncanakan sesuai dengan tebal rencana paving block yang digunakan + abu batu yang dipakai sebagai alasnya ( sand bedding ), serta harus memiliki kemiringan untuk drainase minimal 2 % ( setiap 1 m terdapat perbedaan elevasi 2 cm).
- Level permukaan atas paving block & titik awal pemasangan sesuai desain dengan bantuan benang & patok.
2. Pemasangan Beton Pembatas/Kanstein
Beton Pembatas/Kanstein berfungsi sebagai penjepit dan menahan lapisan paving block agar tidak bergeser pada waktu menerima beban lalu lintas, sehingga blok tetap saling mengunci.
Beton pembatas/Kanstein harus terpasang sebelum penebaran abu batu.
- Tebarkan adukan beton setebal 7 cm sbg beton alas
- Pasang kanstein di atas beton alas tsb sewaktu adukan masih dalam keadaan basah, sehingga ketinggian dan kelurusan kanstein sesuai dengan benang pembantu. ( lihat Gmbr 3.0.)
- Tambahkan adukan pada bagian belakang kanstein.
- Kanstein sering dikombinasikan dengan tali air sebagai saluran untuk membuang air hujan ( lihat Gmbr 4.0 )

Gmbr 3.0 Pemasangan Kanstein

Gmbr 4.0. Tali Air dari Paving Block
3. Penebaran Abu Batu :
- Penebaran abu batu ( dalam keadaan kering dan kadar air kurang dari 10% ) berkisar antara 5 cm, dan setelah dipadatkan tidak boleh lebih dari 5 cm; untuk mendapatkan ketebalan yang seragam diratakan dengan bantuan mistar/jidar kayu atau juga dapat digunakan benang pembantu sebagai referensi ( lihat Gmbr 5.0.)
- Abu batu yang sudah diratakan dijaga agar tidak terinjak atau dipakai untuk menumpuk paving.
- Untuk pekerjaan yang akan dilanjutkan maka abu batu disisakan 1/2 m dari baris terakhir paving block.
- Abu batu yang belum sempat terpasang paving block, keesokan harinya agar digemburkan dan dipadatkan lagi.
- Volume Abu batu yang diperlukan sbg pasir alas setebal 5 mm adalah + 5 m3 setiap 70 - 80 m2 paving block.
Gmbr 5.0. Penebaran dan Perataan Abu Batu dengan Jidar Kayu
4. Pemasangan Paving Block
Sebelum Pemasangan
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pemasangan adalah sbb :
Pengaturan penempatan tumpukan-tumpukan paving block sedekat mungkin ke lokasi pekerjaan.
Pengangkutan paving block dengan cara menggunakan kereta dorong
Saat Pemasangan
- Pekerjaan pemasangan diawali setelah ditentukan arah dan bentuk pola, dengan mepergunakan benang-benang pembantu ( lihat Gmbr 6.0.)
- Pekerjaan pemasangan harus dimulai dari satu arah, untuk menghindari garis pertemuan yang tidak menyambung, karena dapat mengurangi kekuatan dan keindahan.
- Pemasangan paving block dilakukan dengan cara bergerak maju dan berdiri di atas paving yang telah terpasang.
Setiap permukaan paving disesuaikan permukaannya terhadap acuan benang dengan menggunakan pemukul dari kayu.
- Pemotongan Paving Block pada tahap finishing pada akhiran lahan memakai mesin potong paving block.
- Pengisian Nat/Siar pada permukaan paving dengan mengggunakan abu batu yang telah diayak. Celah antara paving block adalah 3 mm ( lihat Gmbr 7.0. ); jarak yang rapat menyebabkan pasir pengisi tidak masuk ke celah antara sehingga paving block mudah pecah saat dilewati kendaraan, sedangkan jarak yang terlalu lebar mengakibatkan gaya saling mengunci tidak tercapai.
Gmbr 6.0. Penentuan Arah Pola
Gmbr 7.0. Jarak Celah
Sesudah Pemasangan
- Pemadatan dengan stamper plate agar paving block terkunci segera melesak ke dalam pasir alas, sehingga akan timbul gaya saling mengunci akibat dari masuknya atau mengisinya pasir alas dan pasir pengisi kedalam celah dan permukaan paving block menjadi rata.
- Stamper Plate agar dijaga jaraknya dari ujung baris akhir paving block yang masih terbuka selebar + 1 m, agar paving block pada bagian tsb tidak bergeser atau melebarnya celah/nat/siar. ( lihat Gmbr 8.0.)
Gmbr 8.0. Pemadatan
5. Pasir Pengisi
- Pasir Pengisi yang digunakan untuk mengisi celah-celah antara paving block harus berbutir tajam, bersih dari kotoran, kering; pasir pengisi yang dipergunakan adalah pasir beton II/Pasir Cimalaka.
- Pasir Pengisi harus segera ditebar setelah pemadatan paving block terkunci selesai.
- Perkerasan dengan paving block yang telah selesai dapat dibuka untuk lalu lintas.
KASUS KHUSUS DALAM PEMASANGAN PAVING BLOCK
Lahan memiliki kelandaian di atas 30%
Prinsip :
Teknik pemasangan paving di lahan tsb adalah untuk menghindari penurunan paving block pada area yang landai; setiap 2 m dipasang adukan pengunci melintang jalan dengan bahan adukan kering semen & abu batu ( perbandingan 1 : 4 ) pada lapisan sand bedding.
Kondisi Lahan : Kering
Pelaksanaan :
- Taburkan abu batu t = + 5 cm di atas tanah dasar keras
- Setiap 2 m selingi dengan taburan abu batu dicampur semen; ditaburkan melintang jalan; selebar 30 cm. ( lihat Gmbr 9.0. )
- Pasang paving block sesuai dengan pola yang diinginkan diatas pasir abu batu dan taburan semen.
- Pemasangan paving pada lahan tsb harus diselesaikan pada hari itu juga untuk menghindari adukan semen & abu batu tsb mengeras.
- Taburkan pasir pengisi ( sand filler ), dan gunakan vibrator untuk meratakan permukaan paving block.
- Siram dengan air pada lahan yang bawahnya ditaburi semen & abu batu hingga air masuk ke dalam celah-celah paving block.
- Taburkan kembali abu batu di atas paving block yang telah disiram air tsb untuk menutupi kembali celah-celah pada tiap pertemuan paving block.

Gmbr 9.0. Teknik Pemasangan Paving Block pada Area yang Landai
LAIN-LAIN
Tidak semua pekerasan paving block dapat berhasil dengan baik, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pekerasan dengan paving block, sbb :
1. Pola dan Bentuk
Pemilihan Paving Block harus disesuaikan dengan kegunaannya ( Gmbr Pola ada pada penjelasan Pola Pemasangan Paving Block sebelumnya ).
2. Interlocking
Perkerasan paving block agak berbeda dibandingkan dengan perkerasan lain, dimana gaya interlockingnya membutuhkan waktu sebelum mencapai pelayanan optimal. ( Lihat Diagram 11.0.)
Diagram 11.0.
Dari diagram tsb di atas, terlihat bahwa interlocking akan sepenuhnya berfungsi setelah 6 bulan. Masa itu adalah masa yang paling kritis.
Dalam masa tersebut pemeliharaan yang utama adalah mengisi pasir pada celah-celah paving block. Karena biasanya pasir mulai berkonsolidasi sehingga bagian atas dari celah antara paving block menjadi kosong, atau dapat juga sebagian pasir yang masih lepas terbawa oleh ban kendaraan dan air hujan.
Bila pekerasan paving block akan segera dilalui oleh lalu lintas yang padat dan kendaraan-kendaraan berat, efek interlocking dapat dipercepat dengan memadatkan lapis paving block dengan menggunakan tire roller yang berkapasitas 10 -14 ton dengan lintasan sebanyak 8 – 10 kali.
3. Drainase
Air walaupun tidak berpengaruh terhadap paving block tetapi akan mempengaruhi dan merusak lapis struktur di bawah paving block. Maka sebelum, selama dan sesudah pemasangan paving block harus diperhatikan adanya saluran air hujan agar tidak ada air yang menggenang pada daerah yang dipasangi paving block.
Untuk mempercepat aliran air hujan yang jatuh di atas lapisan paving block harus dibuat kemiringan 2% pada permukaan perkerasan.
Pada waktu perkerasan paving block selesai dikerjakan, permukaan jalan paving block rembes air ( permeable ) ; jumlah rembesan awal akan bervariasi dari 10% s/d 24%, kemudian akan menurun secara bertahap bersamaan dengan terkuncinya pori-pori pasir oleh butir-butir halus yang berasal dari kotoran ban, debu dan lain lain.
Apabila pasir pengisi berfungsi dengan baik, biasanya setelah 6 bulan kadar air pada pasir alas akan berkisar antara 4 -6 %.
4. Ketenagaan
Untuk memasang paving block diperlukan suatu komposisi tenaga sbb :
- Tebar Pasir & Perataan ( Jidar)
- Pasang Paving Block
- Angkut Paving Block
- Potong Paving Block
- Pemadatan
Kapasitas tim 10-12 orang dapat memasang 150 m2 – 200 m2/hari
Ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan maupun perbaikan perkerasan paving block dibandingkan dengan perkerasan lain lebih mudah dilaksanakan dengan biaya yang relative lebih murah dibandingkan perkerasan lain.
Hal ini dikarenakan biaya peralatan yang ringan tanpa menggunakan peralatan berat dan paving block yang dibongkar masih tetap dapat dipergunakan tanpa kerusakan yang berarti.
STANDARD PERKERASAN DENGAN PAVING BLOCK
PENGONTROLAN KUALITAS HASIL PEMASANGAN PAVING BLOCK
- Hasil pola pemasangan paving block sesuai dengan desain rencana.
- Kemiringan drainase & leveling permukaan paving block terpasang sesuai dengan yang direncanakan.
- Paving block yang dipasang dalam kondisi utuh ( tidak pecah/gompel) kecuali untuk bagian perapihan ( potongan pada akhiran ).
- Permukaan paving block yang terpasang bersih dan tidak dikotori oleh bahan-bahan lain yang dapat merusak nilai estetika dari hasil pemasangan (oli, cat, adukan, semen, dll).
- Garis nat yang terpasang harus lurus/waterpass mengikuti bentuk pola; diutamakan pada pola paving non classic yang sifatnya seragam & berulang.
- Perbedaan permukaan antar paving maksimal 3 mm.
- Permukaan paving yang bergelombang dalam batas toleransi maksimal 4 mm ( deformasi ataupun lendutan melenting ).
- Pengukuran dilakukan dengan cara memakai mistar kayu sepanjang 1,2 m, diletakkan pada permukaan paling atas paving yang melendut dan deformasi ( d ) diukur dari tepi bawah mistar sampai permukaan paving maksimal 4 mm ( lihat Gmbr 12.0 ).
Gmbr 12.0.
Batasan untuk pengontrolan siar/nat antar paving block, sbb :
1. Untuk type Classic, max 5 mm
2. Untuk type Non- Classic, max 3 mm
3. Untuk bagian Perapihan ( potongan-potongan paving) max 5 mm.
Nat tersebut harus diisi dengan joint filler ( abu batu dan pasir cimalaka yang sudah diayak )